04 Oktober 2009

Kondisi Demografi

         Jumlah penduduk Kabupaten Sumedang tahun 2005 tercatat sebanyak 1.045.826 jiwa, sedankan jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak 1.091.674 jiwa, yang terdiri dari 545.740 jiwa adalah laki-laki dan 545.934 jiwa perempuan, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 4,38 %. Dengan membandingkan data tersebut diatas maka terjadi kenaikan jumlah penduduk dari tahun 2005 ke tahu 2008 sebayak 45.848 jiwa. Mata pencaharian penduduk kabupaten sumedang sebagian besar terkonsentrasi di sektor pertanian sebanyak 199.664 atau 43.85 % diikuti oleh sektor perdagangan besar/kecil sebanyak 89.718, sektor industri sebanyak 57.876 atau 17,10 %. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang paling sedikit adalah sektor keuangan yakni sebanyak 2.406 atau 0,53%

Sesuai dengan kondisi alamnya, Kabupaten Sumedang memiliki potensi kesuburan tanah yang cukup baik dengan suhu udara sedang, iklim sedang, lama penyinaran matahari cukup baik, jumlah hari hujan efektif cukup banyak dan curah hujan yang cukup tinggi. Kondisi alam yang demikian merupakan potensi yang sangat mendukung dan menguntungkan untuk kegiatan budidaya pertanian, sementara itu mata pencaharian pokok masyarakat Kabupaten Sumedang pada umumnya masih berada pada sektor pertanian dan perkebunan campuran (43,85 %). Hal ini akan meringankan beban biaya yang harus dikeluarkan dalam usaha budi daya pertanian dan sekaligus akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas lahan.


Keberuntungan yang diperoleh dari anugrah kondisi sumber daya alam sebagaimana tersebut pada umumnya dinikmati oleh  masyarakat yang berada di daerah pedesaan, terutama di kawasan bagian utara (Buahdua, Conggeang, Surian), bagian tengah (Cimalaka, Cisarua, Ganeas, Situraja, Sumedang Utara dan Sumedang Selatan), sebagian wilayah barat (Tanjungmedar, Tanjungkerta, Rancakalong, Pamulihan dan Tanjungsari), serta wilayah bagian timur (Ujungjaya, Tomo, Jatigede, Jatinunggal, dan Wado).  Kondisi wilayah Sumedang bagian utara memiliki potensi sumber daya alam yang cukup baik dalam pengembangan kegiatan pertanian, sehingga wilayah Sumedang bagian utara merupakan daerah kantong produksi pertanian untuk mensuplai sebagaian besar kebutuhan pokok masyarakat Kabupaten Sumedang. Untuk mendukung kegiatan agrobisnis ini, di wilayah Kecamatan Sumedang Selatan sedang dikembangkan Kawasan Agroteknobis Sumedang (KAS) sebagai laboratorium lapangan budi daya pertanian dan uji coba kultur jaringan yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan Kementrian Ristek/BPPT.
Kemudian di wilayah Sumedang bagian timur telah berjalan proses pembangunan Bendung Jatigede, walaupun masih dalam tahap pembebasan lahan. Kegiatan tersebut akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kondisi sosial ekonomi Kabupaten Sumedang, antara lain apabila pembangunan bendungan tersebut berjalan sebagaimana rencana, maka paling tidak Kabupaten Sumedang akan mendapatkan keuntungan dari pengembangan potensi agrobisnis dan pariwisata. Demikian juga rencana pembangunan Pelabuhan Udara Internasional di wilayah Kabupaten Majalengka yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sumedang, akan turut mewarnai proses pembangunan di Kabupaten Sumedang. Peluang potensial yang dapat dimanfaatkan antara lain adalah terbukanya akses perdagangan regional dan internasional atas berbagai produksi komoditas unggulan Kabupaten Sumedang.
Dilihat dari lingkungan sosialnya, Kabupaten Sumedang memiliki kondisi lingkungan yang cukup berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat terutama di wilayah bagian tengah, selatan dan barat. Pada wilayah bagian tengah dan selatan, khususnya Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan, kedua wilayah ini merupakan pusat pemerintahan sebagai Ibukota Kabupaten Sumedang, pusat perdagangan, dan pusat mobilitas penduduk. Kondisi ini telah berpengaruh terhadap dinamika kehidupan masyarakat, terutama tingginya aktivitas ekonomi di wilayah perkotaan. Dampak positif yang dihasilkan adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat, tetapi juga telah mengakibatkan ketidaknyamanan lingkungan perkotaan sebagai akibat dari kurang tertibnya para pengguna lahan diperkotaan, terutama dengan maraknya jumlah PKL dan semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor.
Wilayah Kabupaten Sumedang bagian barat yaitu di  Kecamatan Jatinangor terdapat Kawasan Pendidikan Tinggi dan telah berdiri berbagai perguruan tinggi  yang berskala nasional, seperti STPDN, UNPAD, IKOPIN dan UNWIM. Dalam kerangka kebijakan Provinsi Jawa Barat maupun kebijakan nasional wilayah ini telah dijadikan kawasan perguruan tinggi yang merupakan pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan bagi pemanfaatan sumber daya alam dan kapasitas masyarakat lokal untuk bisa bersaing pada era globalisasi dan perdagangan bebas. Keberadaan kawasan Perguruan Tinggi tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di wilayah tersebut, baik terhadap kondisi ekonomi maupun sosial budaya, terutama pada bidang pendidikan itu sendiri. Dilihat dari perspektif pembangunan pendidikan, posisi kewilayahan yang strategis sebagaimana tersebut akan sangat berpengaruh terhadap akselerasi pencapaian masyarakat berpendidikan yang cerdas.
Masih di kawasan Sumedang bagian Barat dan Selatan, juga terdapat Kawasan Industri di Kecamatan Cimanggung dan Jatinangor, yang sudah barang tentu berpengaruh terhadap kondisi perekonomian masyarakat dan penyerapan tenaga kerja setempat. Dalam dekade dua puluh tahun terahir ini, kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah bagian barat (Jatinangor, Cimanggung, Tanjungsari, dan Sukasari) telah berubah dengan cepat dari kawasan pedesaan tertinggal menjadi kawasan kota-kota satelit sebagai penyangga Kota Metropolitan Bandung. Disamping telah berdampak secara positif, perkembangan kondisi yang sangat cepat tersebut juga telah berdampak terhadap semakin berkurangnya daya dukung lahan dan terjadinya kerusakan lingkungan hidup dan ekosistem wilayah.
Dalam perspektif pembangunan kesehatan, orbitasi kewilayahan Kabupaten Sumedang yang relatif mudah dijangkau, yang berkaitan dengan jarak, waktu tempuh, sarana transportasi dan biaya yang harus dikeluarkan, akan memberikan pengaruh terhadap akselerasi pencapaian indeks kesehatan. Jarak tempuh terjauh antara sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas) dengan Desa,  berdasarkan wilayah kerja Puskesmas berada di Kecamatan Tomo yaitu Desa Cicarimanah yaitu sekitar 60 Km, dengan waktu tempuh antara 90 - 120 menit.  Kondisi topografis demikian tentu akan mempengaruhi kecepatan penanganan masalah kesehatan yang ada, terlebih apabila dihadapkan pada masalah bencana alam dan kejadian luar biasa (KLB) atas penyakit tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar